Suasana asrinya Desa Dengkol, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang

Website Official Desa Dengkol
0

1. Sejarah & Latar Belakang Geografis 🌄

Desa Dengkol terletak di lereng Pegunungan Arjuno-Welirang, sekitar 45 menit berkendara dari pusat Kota Malang. Terletak pada ketinggian ±400 m di atas permukaan laut, wilayah ini memanfaatkan kondisi iklim sejuk – dengan suhu 17–27 °C – untuk pengembangan pertanian seperti padi, jagung, dan cabai.

Secara administratif, Dengkol berada di utara Jalan Raya Mondoroko dan berbatasan langsung dengan Desa Baturetno di sebelah barat. Geografi wilayah – berupa kontur lereng dan cekungan – berpengaruh besar pada sistem tata guna lahan dan pola pemukiman warga, yang membangun hunian tersebar sesuai kemiringan dan aliran sungai kecil.




2. Demografi & Komposisi Sosial

Penduduk Desa Dengkol diperkirakan mencapai sekitar 9.000 jiwa. Struktur masyarakatnya masih agraris, dengan mayoritas berprofesi sebagai petani, peternak, dan pedagang kecil. Budaya agraris sangat kuat di sini, ditandai kehadiran kios alat pertanian tradisional seperti cangkul, sabit, bajak, serta toko pupuk dan benih unggul.

Pasar tradisional menjadi pusat kehidupan sosial-ekonomi desa; Pasar Hewan rutin diadakan setiap Senin dan Jumat, dihadiri pedagang dengan ciri khas koboi—disebut “blantik”—yang menjual sapi potong dan sapi perah.



3. Fasilitas dan Infrastruktur

Transportasi

Desa dilayani angkutan umum berupa bus jurusan Jabung–Singosari–Dengkol (Rute SD–SJ), dengan halte utama dekat Jalan Lanud Abdulrahman Saleh—sekitar 460–494 m dari pusat desa, atau kurang lebih 7 menit berjalan kaki.

Kesehatan & Pendidikan

Dengkol masuk dalam jangkauan Puskesmas Pembantu Ardimulyo. Terdapat satu posyandu yang difokuskan untuk layanan kesehatan balita dan lansia, serta kegiatan UKS di sekolah dasar setempat.

Ibadah & Sanitasi

Setiap dusun memiliki masjid dan mushala, termasuk fasilitas sederhana MCK tradisional dan sumur bersama. Musala Ar-Rahmah menjadi pusat ibadah utama di salah satu dusun.



4. Infrastruktur Jalan & Aksesibilitas

Jalan Plosokerep–Pakis

Akses jalan ini sempat rusak parah hingga viral pada akhir 2021—warga menanam pohon pisang sebagai bentuk protes. Akhirnya, pemerintah daerah melalui Dinas PUBM menganggarkan sekitar Rp2 miliar untuk betonisasi akhir 2021 dan melanjutkannya hingga 2022 .

Jalan Poros Wonorejo–Dengkol

Dipelopori oleh dana desa dan swadaya masyarakat, jalan sepanjang ±2,5 km berhasil dilebarkan dari 2 m menjadi 4,5 m pada awal 2023, meningkatkan keamanan dan kelancaran transportasi.

Akses ke Dusun Pusung

Masih berupa jalan sempit (<2 m), ini menjadi prioritas berikutnya untuk PR pembangunan desa .



5. Pengelolaan Air Bersih & Krisis 2023

Pada Juni 2023, terjadi krisis air bersih akibat kerusakan sistem pompa HIPPAM Tirta Mandiri, yang memicu warga menggunakan air sungai, sumur pribadi, atau membeli air tangki seharga Rp100.000 per tangki. Warga berjalan sejauh 3 km untuk mandi dan mencuci.

Pemerintah daerah dan Polres Malang merespons dengan distribusi total sekitar 9.000–15.000 liter per hari melalui 5–6 tangki suplai; pasokan ini difokuskan pada Dusun Krajan & Krajan Laut selama perbaikan berlangsung sekitar 7–14 hari . Polres Malang turut mengerahkan dua truk tangki (4.000 l & 5.000 l) jelang Hari Bhayangkara ke-77 (28 Juni 2023).

Pelajaran penting bermuara pada perlunya sumur cadangan, peningkatan kapasitas HIPPAM, dan pelatihan teknis kepada pengelola lokal.



6. Pertanian & Inovasi Teknologi

Mengandalkan pertanian padi, jagung, dan cabai, petani Desa Dengkol telah mengikuti inovasi irigasi seperti metode "Alternate Wetting and Drying" (AWD) pada tahun 2016—sebuah teknik efisiensi air dalam sistem persawahan. Pertanian tetap menjadi tulang punggung ekonomi dan identitas desa.



7. Pembangunan Desa & Tata Kelola Pemerintahan

Desa Dengkol telah menetapkan diri sebagai Desa Inklusi: transparan dan partisipatif dalam pengelolaan APBDes. Berdasar laporan Universitas Widyagama (2018–2022), akuntabilitas pengelolaan keuangan desa dinilai baik.

Pada Juli 2024, Pemerintah Desa mengadakan Stakeholder Meeting—dalam kerjasama lintas pemerintahan, Ormas NU, PKK, dan KUA—untuk membahas pencegahan pernikahan usia dini, mengacu Undang-Undang pernikahan minimal 19 tahun (laki‑laki) dan 16 tahun (perempuan). Tahun sebelumnya, pernikahan dini di Kabupaten Malang menjadi isu terbesar, namun Dengkol aktif merespons dan menggalang partisipasi masyarakat.



8. Budaya Lokal & Ritual Tahunan

Pasar Hewan

Setiap Senin dan Jumat, pasar hewan menjadi acara rutin desa. Pedagang dan pembeli berkumpul, menjadikan pasar hewan tidak hanya pusat ekonomi, tetapi juga ruang interaksi sosial.

Ritual “Bersih Desa”

Dilaksanakan di Embung Dengkol setiap 20 Juli (terakhir pada 20 Juli 2024), ritual ini bersifat spiritual-agraris, bertujuan membersihkan desa dari energi negatif dan memohon keberkahan. Acara dihadiri oleh Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto serta Kepala Desa Agus Afandi, dan melibatkan muspika serta warga setempat.



9. Kolaborasi Pendidikan & Komunitas

Desa Dengkol menjadi lokasi program KKN/KKM dari berbagai lembaga, misalnya UIN Malang pada akhir 2024—a.k.a. pengabdian masyarakat dengan tema “Moderasi Beragama, Pencegahan Stunting, Kemiskinan Ekstrim, dan Parenting”. Kegiatan berlangsung selama 40 hari, dihadiri perangkat desa, kader PKK, dan Karang Taruna.

Aktivitas ini memperlihatkan keterbukaan desa terhadap intervensi positif eksternal, serta keinginan mengadopsi teknologi—sebagai dukungan visi Kepala Desa untuk menjadi desa digital.



10. Citra Desa & Arah Masa Depan

Citra Desa Dengkol: agraris, partisipatif, spiritual, namun juga menghadapi tantangan sosial dan infrastruktur. Pemerintah desa dan masyarakat menjalankan sinergi yang kuat—dalam membangun jalan, memperbaiki distribusi air, hingga menggelar program inklusi dan pencegahan pernikahan dini.

Prioritas ke depan meliputi:

  • Menyempurnakan akses jalan menuju Dusun Pusung.
  • Meningkatkan sistem pengelolaan HIPPAM agar lebih mandiri dan tahan krisis.
  • Intensifkan program literasi digital dan ekonomi berbasis teknologi.
  • Atasi perjudian sabung ayam dengan penegakan hukum dan edukasi budaya.
  • Tonjolkan potensi desa agraris dan wisata ritual Bersih Desa sebagai daya tarik.



Kesimpulan

Desa Dengkol mewakili sebuah komunitas pedesaan yang hidup dari alam, religius, dan bersatu. Seiring pembangunan infrastruktur, peningkatan pelayanan publik, serta intervensi sosial-akademik, Desa Dengkol sedang menjalani transformasi dari desa tradisional menuju desa inklusif dan maju. Meskipun masih ada tantangan—khususnya soal aksesibilitas dusun terpencil, manajemen air, dan gejala perjudian ilegal—dukungan pemerintah daerah, ormas, serta kolaborasi masyarakat memberikan harapan besar. Dengan langkah proaktif dan visi ke depan, Dengkol berpotensi menjadi percontohan desa mandiri di Jawa Timur.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)